PENGERTIAN ETIKA DAN NORMA
A. Pengertian Etika
1. Asal-usul
Etika (Etimonologik) berasal dari Yunani
“Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adapt. Identik dengan perkataan
moral yang berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores”
yang berarti juga Adat atau Cara hidup.Etika dan Moral sama artinya, tetapi dalam
pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau Moralitas dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk pengkajian
system nilai-nilai yang ada.Contoh : - Perbuatan itu bermoral- Sesuai
dengan norma-etika. Istilah lain yang identik dengan Etika : a. Susila (Sanksekerta) yang lebih menunjuk
kepada dasar-dasar , prinsip, aturan hidu (atau sila) yang lebih baik (su).
b. Akhlak (Arab) Moral berarti Akhlak. Etika
berarti Ilmu Akhlak.
Etika merupakan cabang dari Filsafat. Etika
mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (banar) yang
sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi Etika, ia mencari ukuran
baik-buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manusia
manakah yang baik. (Poedjawijatna, 1972:3). 2. Definisi Etika
“The normative science of the conduct of
human beings living in societies is a science which judge this conduct to be
right or wrong, to be good or bad, or in some similar way. This definition
says, first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a
systematic and more or less complete body of knowledge about a particular set
of related events or objects”. (William Lillie 1957: 1-2).“The term “ethics” is used in three different but
related ways, signifying 1) a general pattern or way of life’ 2) a set of rules
of conduct or’ moral code’ 3) inquiry about ways of life and rules of conduct”.
(Paul Edwards. 1967 : 81-82). “Ethic (from Greek Ethos,’character’) is the
systematic study of the nature of value concepts, ‘good’, ‘bad’, ‘ought’,
‘right’, ‘wrong’, etc. and of the general principles which justify us in
applying the general principles which justify us in applying them to anything;
also called ‘moral philosophy’ (from Latin mores, ‘customs’). The Present
article is not concerned with the history of ethics but treats its general
problems apart from their historical setting”. (Encyclopaedia Britanica, 1972:
752). “Ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan (dan
keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak-gerik fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan,
sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan”. (Ki Hajar Dewantara,
1962:459). “Ilmu pengetahuan ini tidak membahas kebiasaan yang
semata-mata berdasarkan tata adab(manners), melainkan membahas adapt yang
berdasarkan atas intisari manusia, ialah suatu adat-istiadat yang terikat pada
pengertian “baik” atau “buruk” dalam tingkah laku manusia. “Etika berhubungan dengan seluruh Ilmu Pengetahuan
tentang manusia dan masyarakat sebagai: antropologi, psikologi,
sosiologi,ekonomi,ilmu politik dan ilmu hokum. Perbedaannya terletak pada aspek
keharusnya (ought). Perbedaan dengan Teologi moral, karena tidak bersandarkan
pada kaidah-kaidah keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan
tenaga manusia sendiri”. (Austin Fogothey:3-4). “Ethics is branch of philosophy: it is moral
philosophy or philosophical thinking about morality, moral problems, and moral
judgements…..The term ‘moral’ and ‘ethical’ are often used as equivalent to
‘right’ or ‘good’ and as opposed to ‘immoral’ and ‘unethical’. But we also
speak o moral problems, moral judgements, moral codes, moral arguments, moral
experiences, the moral consciousness, or the moral point of view. ‘Ethical’ is
used in this way too. Here ‘Ethical’ and ‘moral’ do not mean ‘morally right’ or
‘morally good’. They mean ‘pertaining to morality’ and are opposed to the
‘non-moral’ or ‘non-ethical’, not to the ‘immoral’ or ‘unethical’ “. (William
Frankena 1973: 5-6).“A system of ethics, therefore,would mean code, or a
set of principles, that formed a consistent, coherent, and integrated whole.
But in order to arrive at this coherence, we must seek the ultimate criterion
by which acts or rules of action have been or should be tested”. (Henry
Hazlitt, 1964: 6). Etika sering juga disebut etik berasal dari kata yunani
“ etos” artinya norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah bagi tingkah laku manusia
yang baik. Menurut Drs. Sidi Gazolba
disebutkan bahwa etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
Menurut pandangan para ahli
etika sebenarnya tidak hanya ukuran perilaku yang baik saja, bahkan merupakan
teori yang membedakan baik dan buruk sesuai dengan tingkat kecerdasan akal
manusia. Dengan kata lain bahwa etika
atau etik tidak lain adalah aturan perilaku adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang dianggap baik dan mana yang
dianggap buruk. Lama-kelamaan bahwa etika
tidak hanya teori tentang tingkah laku akan tetapi sudah berkembang menjadi
ilmu tentang tingkah laku yang sebagian dari filsafat yang mengembangkan teori
tentang tindakan. Weber ’S dictionary
secara terperinci dikemukakan bahwa
etika merupakan prinsip-prinsip yang di sistematisasi tentang tindakan moral
yang benar. Di dalam A handbook of Christion Ethic disebutkan
bahwa prinsip-prinsip moral yang benar berkembang menjadi tindakan kebiasaan,
karakter. Menurut Ilmu normatif manusia dipandang sebagai tenaga moral
mempertimbangkan tindakan kebiasaan, karakter dengan tujuan yang benar atau
salah serta keendrungan kepada yang baik dan yang buruk. Menurt Dr. A. Vioemans
mengemukakan pentingnya menanamkan
pendidikan etika dilingkungan pendidikan sebab antara etika dan etik
terdapat hubungan yang erat dengan masalah penddikan. Tujuan pendidikan salah satunya adalah mengembangkan tingkat
kecerdasan manusia, sehingga dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
sesuai dengan tuntutan masyarakat, kemudian mau berperilaku sesuai
dengan norma-norma hidup yang beradap.Dari berbagai definisi di atas, perlu
diberikan beberapa catatan. Lillie menggolongkan etika sebagai ilmu pengetahuan
normative yang memberikan pertimbangan perilaku manusia dalam masyarakat apakah
baik atau buruk, benar atau salah. Dalam Encyclopedia Britanica, etika
dinyatakan dengan tegas sebagi filsafat moral, yaitu studi yang sistematik
mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah
dan sebagainya. Batasan yang diberikan Fagothey begitu
luas, etika berhubungan dengan ilmu antroologi, psikologi, sosiologi, ekonomi,
ilmu politik, dan ilmu hokum. Etika berbeda dengan bidang-bidang tersebut dalam
aspek tinjauanya dari segi keharusan. Etika harus juga dibedakan dari teologi
moral. Definisi Fagothey nampak kurang menunjukan sifat dasar etika itu
sendiri. Frankena menjelaskan bahwa etika sebagai
cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran kefilsafatan tentang
moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dari berbagai definisi tentang etika dapat
diklasifikasikan 3 jenis definisi:a. Yang menekankan pada aspek historic.
b. Yang menekankan secara deskriptif.
c. Yang menekankan pada sifat dasar etika
sebagai ilmu yang normative dan bercorak kefilsafatan.
Jenis pertama, etika dipandang sebagai
cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari
perilaku manusia.Jenis yang kedua, etika dipandang sebagai
ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik-buruknya perilaku manusia dalam
kehidupan bersama. Definisi demikian tidak melihat kenyataan bahwa ada
keragaman norma karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika
menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu
pengetahuan yang bersifat normatif, evaluatif , yang hanya memberikan nilai
baik buruk terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu
menunjukkanadanya fakta, cukup memberikan informasi, menganjurkan dan
merefleksikan. Atas dasar jenis definisi yang terakhir ini etika digolongkan
sebagai pembicaraan yang bersifat informatif, direktif, dan reflektif.Definisi dari suatu disiplin ilmu selalu
saja kurang memadai dengan apa yang ingin diungkapkannya. Tetapi andaikata
rumusan atau definisi itu diuraikan selengkapnya dengan panjang lebar, tentu
bukan definisi yang baik . Pendapat Hazlitt mengenai sistem etika cukup dapat
memberikan pengarahan. Sistem etika dapat berarti suatu kode atau suatu
kumpulan asas yang membentuk suatu kesekuruhan yang konsisten, koheren, dan
terpadu. Tetapi agar dapat tercapai koherensi, harus dicari kriteria dengan
cara bertindak, atau menetapkan aturan dari perilaku yang diuji.Jelaskah bahwa pengertian etika dari segi
arti kata saja kurang memberikan gambaran lengkap bagaimana etika dapat
digunakan dalam segala kehidupan manusia. Apalagi jika dikaitkan dengan
perkembangan etika kontemporer yang sudah sangat luas jangkauannya. Persoalan
tentang baik-buruk, benar-salah, mulai lebih banyak dianalisa dari segi
"mengapa" dan "bagaimana" daripada "apa" nya.
Menunjukkan adanya problem meta-etika yang tidak dapat begitu saja dipecahkan
dengan teori-teori normatif, tidak berarti persoalan etika normatif harus
mendapatkan pembenaran meta-etika. Tetapi keterkaitan dan kesepakatan
meta-etika akan berguna bagi kebulatan tanggung jawaab atas norma-norma yang
telah diyakini. Dari segi ini, kurang tercermin jika etika hanya difahami dari
sudut etimologik semata-mata. 3.
Objek
Etika
Objek etika (menurut Franz Von Magnis,
1979: 15-16) adalah pernyataan moral. Apabila diperiksa segala macam moral,
pada dasarnya hanya dua macam: pernyataan tentang tindakan manusia dan
pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsusr-unsur kepribadian
manusia seperti motif-motif, maksud, dan watak. Ada himpunana pernyataan ketiga
yang tidak bersifat moral, tetapi penting dalam rangka pernyataan tentang
tindakan. Skemanya adalah sebagai berikut : Skema
II.1 :
Perincian: 1) Dalam beberapa pernyataan kita mengatakan
bahwa suatu tindakan tertentu sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma moral
dan oleh karena itu adalah betul, salah, dan atau wajib.
Contoh: "Engkau harus mengembalikan uang
itu", "Mencuri itu salah", "Perintah jahat tidak boleh
ditaati", disebut: pernyataaan kewajiban.2) Orang, kelompok orang dan unsur-unsur
kepribadian (motif, watak, maksud, dan sebagainya) kita nilai sebagai baik,
buruk, jahat, mengagumkan, suci, memalukan, bertangggung jawab, pantas ditegur,
disebut: pernyataan Penilaian Moral.
3) Himpunan pernyataan ketiga yang harus
diperhatikan adlah penilaian bukan moral.
Contoh: Mangga itu enak. Anak itu sehat. Mobil ini
baik. Kertas ini jelek; sebagainya. Perbedaan Penting Pernyataan di Atas:1) Pernyataan kewajiban tidak mengenai
tingkatan. Wajib atau tidak wajib, betul atau salah, tidak ada tengahnya.
2) Penilaian moral dan bukan moral mengenal
tingkatan. Mangga dapat agak enak, enak sekali. Watak dapat amat jahat atau
agak jahat; dan sebagainya.
Suatu tindakan tdak baik atau buruk,
melainkan betul atau salah, wajib atau tidak wajib. Karena baik dan buruk
menginginkan tingkat-tingkatnya, sedangkan tindakan itu hanya dapat sesuai atau
tidak sesuai dengan norma moral, maka yang baik tau buruk adalah orang yang
menjalankan tindakan itu, atau maksudnya dan motifnya di dalam berbuat
demikian. Penilaian bukan moral memainkan peranan
terbesar dalam hidup sehari-hari; dan terus-menerus mengarahkan tindakan kita
kepada yang kita nilai baik, menyenangkan, berguna, adil, menarik, dan
sebagainya. Nilai-nilai itu diselidiki oleh Filsafat Nilai atau Aksiologi.
Tetapi dalam Etika, penilaian bukan moral hanya perlu diperhatikan sejauh ada
kewajiban terlebih dulu. Nilai moral direalisasikan dalam melekukan tindakan
yang sesuai dengan kewajiban. Orang dinilai sebagai jujur, misalnya, karena
tidak melakukan korupsi. Tentu saja penilaian itu hanya masuk akal, karena
telah diandaikan bahwa korupsi itu sesuatu yang tidak boleh. Macam dan dalamnya
nilai moral-apakah itu kesetiaan, kebesaran hati, kesucian, apakah orang itu
sangat setia, atau sekali ini setia- tergantung baik dari kekhususan kewajiban
moral maupun dari kekhususan situasi saat kewajiban itu dilakukan. Memberi
makan kepada anak kecil dan menyelamatkannya dari rumah yang sedang dimakan
api, sama-sama berarti melakukan kewajiban, tetapi nilai moral tindakan yang
satunya lebih tinggi. Inti Etika adalah analisa pernyataan
kewajiban. Penilaian bukan moral disinggung sejauh diperlukan dalam rangka
pembicaraan pernyataan kewajiban. Dari bidang nilai-nilai moral dibicarakan
kebebasan dan tanggung jawab. (Magnis, 1979:16).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar