POLITAMA

Rabu, 10 Februari 2016

STRUKTUR ORGANISASI PERKANTORAN

STRUKTUR ORGANISASI                 Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antara komponen atau bagian dalam suatu organisasi. Suatu organisasi kecil dengan jenis dan jumlah pekerjaan sedikit biasanya dapat dijalankan dalam struktur yang sederhana. Sebaliknya, organisasi besar yang menyangkut beberapa departemen atau bahkan beberapa anak perusahaan tentunya dijalankan dengan sebuah struktur organisasi yang lebih rumit.                 Struktur organisasi menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas  kerja serta hierarki organisasi. Struktur organisasi yang jelas dapat memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi tetap berlangsung walaupun personel atau anggotanya silih berganti. Beberapa hal penting dalam suatu struktur organisasi yaitu :·         Spesialisasi (berbeda jenis pekerjaannya, berbeda pula tugas dan tanggung jawabnya).
·         Standarisasi (perlu adanya suatu prosedur yang baku atau teratur untuk aktivitas tertentu).
·         Koordinasi (perlu ditentukan mekanisme kerja sama antara tiap bagian).
·         Mekanisme pengambilan keputusan  ( dengan pemustan wewenang pada satu pimpinan pusat (sentralisasi).
·         Unit kerja (penentuan jumlah orang untuk menangani suatu jenis pekerjaan tertentu.
Ada beberapa struktur organisasi, diantaranya adalah :1.        Organisasi lini (garis lurus)
Organisasi lini atau garis lurus merupakan bentuk organisasi yang paling sederhana. Ciri utama organisasi lini adalah jabatan-jabatan yang tercantum di dalam organisasi terletak pada satu garis vertical. Prinsip-prinsip pembentuk struktur organisasi berdasarkan pembagian kerja. Struktur organisasi lini disebut juga organisasi tradisional atau klasik. Setiap struktur organisasi pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, kelebihan struktur garis adalah dengan diterapkannya system ini maka karyawan akan lebih menyadari akan tugas dan tanggung jawab atas pekerjaan yang diembannya. Sedangkan kekurangannya adalah kurang fleksibelnya dalam menyediakan spesialisasi yang dibutuhkan ketika perusahaan menjadi lebih luas dan lebih kompleks.2.        Organisasi Lini dan Staf
Organisasi lini dan staf merupakan perkembangan dari organisasi lini, dimana orang-orang lini terdiri dari orng-orang operasional dan lebih bersifat teknis dalam tugasnya. Sedangkan orang-orang staf lebih bersifat spesialis dan bertugas sebagai penasihat dan penyedia fasilitas untuk lini. Kelebihan struktur garis (lini) dan staf adalah posisi garis terbebas dari aktivitas khusus yang dapat diberikan kepada karyawan staf. Kekurangan struktur garis staf adalah konflik antara karyawan posisi garis dan staf sering menjadi masalah. Hal ini mengakibatkan beberapa manajer mengurangi “ privilege” dari staf ahli,yang menghalangi perkembangan hubungan kerja antara posisi garis dan staf.   MANAJEMEN PERKANTORAN
                 Manajemen perkantoran adalah proses kerja sama di dalam kantor untuk mencapai tujuan kantor yang telah ditetapkan sebelumnya dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam manajemen perkantoran ada beberapa hal yang saling berhubungan. Diantaranya adalah :·                                 Pekerjaan kantor
Pekerjaan kantor sering juga disebut paper work (pekerjaan kertas) atau clerical work (pekerjaan tulis menulis) karena sebagian besar pekerjaannya berupa tulis menulis atau berkaitan dengan kertas. Dalam arti luas pekerjaan kantor adalah rangkaian kegiatan menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam organisasi. Contoh keterangan itu adalah surat menyurat atau dokumen.                        Pekerjaan kantor mempunyai peranan penting antara lain menyediakan keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan organisasi agar dapat membuat keputusan yang tepat serta melancarkan kehidupan dan perkembangan organisasi dalam keseluruhan. Salah satu ciri pekerjaan kantor adalah bersifat pelayanan, yang artinya dilakukan demi terselenggaranya suatu kegiatan pokok yang lain, serta berkaitan dengan seluruh unsure organisasi dan bahkan dilakukan oleh semua pihak di dalam organisasi.                        Jenis-jenis pekerjaan yang dicakup dalam pekerjaan kantor, meliputi pengolahan arsip dan inventarisasi, komunikasi internal dan eksternal, tata usaha perlengkapan, tata usaha keuangan, tata usaha kepegawaian dan penataan ruang kantor.                        Menurut sebuah penelitan yang dilakukan oleh George Terry, pada umumnya waktu kerja di dalam sebuah kantor dipergunakan untuk 7 macam kegiatan dengan perbandingan sebagai berikut.1.      Mengetik                     24,60%
2.      Menghitung                 19,50%
3.      Memeriksa                   12,30%
4.      Menyimpan arsip         10,30%
5.      Menelpon                    8,80%
6.      Menggandakan           6,40%
7.      Mengirim surat            5,50%
8.      Lain-lain                      12,70%
     PERSONEL KANTOR
                        Personel kantor merupakan aparat organisasi, yakni alat (dalam bahasa latin apparatus yang berarti alat) atau sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. Hal-hal yang berhubungan dengan personel kantor adalah :a.     Tugas dan tanggung jawab personel kantor
a.         Kepala kantor
Tugas seorang kepala kantor adalah bertanggung jawab atas beresnya penyelenggaraan seluruh pekerjaan kantor. Tugasnya antara lain untuk mengatur mekanisme kerja karyawan.b.         Petugas arsip
Petugas arsip bertanggung jawab atas pencatatan dan penyimpanan semua surat masuk dan surat keluar.c.         Pembuat surat
Pembuat surat bertanggung jawab atas pembuatan konsep surat keluar.d.        Penerima tamu
Penerima tamu bertanggung jawab atas pelayanan terhdap tamu dan menerima telepon.e.         Petugas keuangan/kasir
Petugas keuangan atau kasir bertanggung jawab atas pengelolaan kas dan pembukuan secara cermat.b.    Syarat-syarat personel kantor
f.          Syarat pengetahuan
Personel kantor harus dapat melakukan penggolongan/klasifikasi berdasarkan criteria tertentu,contohnya tentang latar belakang pendidikannya.g.         Syarat keterampilan
Minimal seorang personel kantor harus dapat membaca dan menulis dengan cukup baik, terampil dalam mengetik dan mampu menggunakan aplikasi computer.h.         Syarat kepribadian
Idealnya kepribadian yang harus dimiliki oleh personel kantor adalah loyalitas (kesetiaan terhadap organisasi dan pekerjaan), dapat menyimpan rahasia perusahaan karena pekerjaannya banyak berkaitan dengan informasi-informasi penting.c.       Peran penting Manajer dan pengawas kantor
            Manajer kantor mempunyai tugas utama yaitu mengarahkan dan mengawasi kantor untuk mencapai tujuan dan dalam waktu bersamaan tetap memberikan perhatian terhadap aspek-aspek lainnya.            Menurut the Liang Gie (1996:11), kecakapan dasar seorang manajer  kantor  adalah :a.       Kemampuan pejabat pimpinan
b.      Latar belakang praktek
c.       Latihan manajerial
d.      Kemampuan mengungkapkan diri
e.       Bersikap terbuka
f.       Keingintahuan
g.      Kreatifitas
h.      Pertmbangan sehat
i.        Kemampuan menjual gagasan
j.        Kesabaran
k.      Pengendalian emosi
l.        Kemampuan kerja sama

Rabu, 03 Februari 2016

SIKAP SEKRETARIS YANG BAIK

SIKAP SEKRETARIS DALAM DUNIA BEKERJA

            Ada 5 sikap bekerja yang harus dimiliki setiap sekretaris yang professional :

1.   Accuracy (ketelitian)

      Sekretaris harus membiasakan diri untuk bersikap teliti dan hati-hati dalam
       bekerja; Misalnya hati-hati dalam berbicara, menghitung dan sebagainya. Bila
       seorang sekretaris tidak teliti dalam bekerja akan mengakibatkan dua
       kemungkinan :

a         Pimpinan yang teliti akan menemukan banyak kesalahan dan terpaksa harus meneliti kembali hasil pekerjaan sekretarisnya. Hal ini membebani pimpinan

.     b.    Pimpinan yang tidak teliti, akan terjerumus salah: berarti sekretaris membuat
       gagal pimpinanya.

      Untuk memiliki sikap ketelitian, sekretarisharus latian membiasakan diri        
      berkosentrasi pada pekerjaan yang dihadapinya

.2.    Follow through (melaksanakan pekerjaan secara sempurna)

       Mampu bekerja secara sempurna dan tuntas dari awal sampai akhir, tanpa banyak
       instruksi, pimpinan cukup hanya memberi inti atau pokok permasalahannya saja,
       maka si sekretaris mampu mengerjakan keseluruhan bagian dari tugas ini. Untuk
       dapat bersikap follow through, sekretaris harus detail minded, artinya mau
       memperhatikan, mengingat-ingat dan melaksanakan unit-unit yang sekecil-
       kecilnya dari suatu pekerjaan/masalah, sedangkan pimpinannya tidak harus detail
       minded.

3.   Good judgement (pertimbangan/perhitungan sebelum melaksanakan tindakan)

      Sikap penuh pertimbangan yang matang sebelum melaksanakan suatu tindakan  
      akan memperkecil resiko yang dihadapi sekretaris sehingga tidak merugikan
      pimpinan atau organisasinya. Untuk itu sekretaris perlu memperhatikan langkah-
       langkah berikut ini :

a.    Mendalami masalahyang dihadapi.
b.    Mempelajari dan menganalisa keterkaitan masalah yang dihadapi dengan
       factor-faktor lain.
c.    Membuat beberapa alternative dengan membuat solusi masing-masing, 
       lalu pilihlah solusi dengan resiko yang minimal.
d.    Bertindak sesuai dengan pertimbangan yang sudah dilakukan.

4.    Resourcefulness (panjang akal)

       Sikap tisak gampang menyerah apabila menemui kesulitan dalam pekerjaan. Ia
       harus mencoba berbagai cara untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya,
      dengan memakai akal sehatnya sebagai alat penuntun.

5.     Innitiative (inisiatif)

        Kemampuan mencari jalan keluar secara mandiri dari setiap permasalahan yang
       dihadapinya. Sikap ini dibutuhkan sekretaris untuk menjalankan tugas kreatif.

       Untuki bersikap inisiatif, sekretaris perlu memperhatikan :

a.    Dalam batas wewenang sekretaris
       Ia boleh langsung mengerjakannya, misalnya memperindah hiasan ruangan,    
       merapikan dan menyusun nomor-nomor telepon.
b.    Diluar wewenang sekretaris
       Ia sebaiknya berkonsultasi dengan pimpinannya sebelum melakukan tindakan    
       itu. Contoh mengubah tata letak ruangan kantor, membeli peralatan kantor
       yang baru, dan lain-lain.

Selain lima sikap bekerja yang telah dibahas diatas, sekretaris perlu memelihara human relations yang baik dengan semua orang yang terkait dengan posisinya sebagai sekretaris.



D. SIKAP SEKRETARIS DALAM HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

1.   Discretion (bijakan)

      Sekretaris harus bersikap hati-hati, pandai menjaga mulut, menentukan mana yang boleh dikatakan dan mana yang tidak boleh, menentukan hal yang harus diperbuat dan hal yang harus dihindari.

      Contoh :
      secara tidak sengaja sekretaris membaca surat berisi usulan pemecatan seorang karyawan maka ia tidak boleh memberitahukan hal ini kepada siapapun.

2.   Consideration (pertimbangan)

      Bersikap mempertimbangkan secara rasional tindakan yang akan dilakukannya
      dengan menitikberatkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi.

      Contoh :
-          Sekretaris mempunyai janji dengan pacarnya, namun tiba-tiba harus bekerja lembur, maka sekretaris harus membatalkan janji dengan pacarnya.
-          Sekretaris sedang mengetik surat, tiba-tiba ada tamu, maka sekretaris harus menemui tamunya dulu.
-           
3.  Tactful (taktis)

     Sikap hati-hati dan pandai memilih kata dalam berbicara, sehingga membuat orang
     lain merasa senang dalam berhubungan dengannya, misalnya dalam hal :

a.       Memilih kata yang tepat di dalam berbicara.

         Pertama-tama kenali dulu siapa yang menjadi lawan bicara. Kepada orang- orang terhormat, gunakanlah kata-kata yang sopan : kepada orang-orang terhormat, gunakanlah kata-kata yang sopan : kepada orang yang halus    perasaannya, gunakan kata-kata yang tidak menyinggung perasaannya sedangkan menghadapinya orang yang perlu dihadapi dengan ketegasan,      gunakanlah kata-kata yang tegas.
b.      Tindakan

         Sebelum berindak, cermati dulu situasi dan kondisi pada saat itu. Misalnya :
         pada saat pimpinan sedang gusar, jangan mengajukan usulan proposal, karena          cenderung akan ditolak.

c.       Komentar

Berilah komentar bila dianggap perlu, dengan memilih kata-kata yang tepat.  Misalnya : bila penampilan seseorang calon sekretaris terlihat kurang  layak,maka sebaiknya diberi pengertian secara halus agar ia tidak   marah/tersinggung perasaanya.

d.      Memberi muka kepada orang lain

Bila perlu hal ini dilakukan dengan pura-pura tidak dengar atau tidak mengetahui sesuatu. Misalnya: pada suatu hari pimpinan sedang dimarahi  atasannya, kebetulan sekretaris melihatnya, maka sebaiknya si sekretaris pura-pura tidak melihat atau pura-pura tidak mengetahuinya.

e.       Loyality (kesetiaan)

         Bersikap setia dan jujur terhadap pimpinan khususnya, perusahaan pada umumnya. Tumbuhnya sense of longing (rasa ikut memiliki), serta menjaga    nama dan citra perusahaan. Loyalitas dapat ditunjukan dalam bentuk tindakan :

        1. Jangan licik atau main curang
         2. Bukan penghianat, bukan pula pemfitnah
         3. Selalu siap membantu kesulitan ataupun kesibukan pempinan
         4. Tenggang sara terhadap pimpinan ataupun orang lain.


     6. Objective (obyektif)

         Sikap menilai ataupun mempertimbangkan suatu masalah haruslah rasional, jangan berdasarkan kepentingan atau perasaan diri sendiri saja. Menilai sesuatu sebaiknya berdasarkan fakta, jangan dikira-kirs atau hanya diduga.



PERSOALAN ETIKA TEORITIK DAN NORMATIF

         PERSOALAN TENTANG NILAI ETIKA

by : Politama Surakarta 2016

1.      Ruang Lingkup Etika
Etika lebih menaruh perhatian pada pembicaraan tentang prinsip pembenaran daripada tentang keputusan yang sungguh-sungguh telah diadakan.
Etika tidak akan memberikan kepada Anda arah yang khusus atau pedoman yang tegas dan tetap tentang bagaimana caranya untuk hidup dengan bajik.
2.      Kesusilaan dan Ketidaksusilaan
Kesusilaan dan ketidaksusilaan tidak hanya bersangkutan dengan tingkah laku dalam masalah seksual semata-mata. Mencuri, berbuat tidak adil, kejam dan sebagainya dapat dipandang sebagai tindakan orang yang susila.
3.      Arti Etika
Dalam hal ini “Etis” adalah suatu predikat yang dipergunakan untuk memperbedakan barang-barang, perbuatan-perbuatan atau orang-orang tertentu dengan yang lain.

”Etis” dalam arti ini sama dengan ”susila” (moral). Hendaknya diingat, untuk dinamakan bersifat susila tidak perlu sama dengan atau sesuai dengan kebiasaan yang tetap dari suatu kelompok manusia. Karena mungkin juga kita dapat mencap salah satu di antara kebiasaan yang tetap itu sendiri sebagai sesuatu yang tidak susila.

Etika sebagai ilmu mungkin menyelidiki tentang: tanggapan kesusilaan. Etika sebagai Etika normatif bersangkutan dengan membuat tanggapan. Dibedakan antara :
a.       Berbicara mengenai istilah Etika,
b.      Berbicara dalam istilah Etika.

a.1)      Etika Deskriptif
Ilmu Pengetahuan (Etika) semata-mata bersifat deskriptif dan hanya berusaha untuk membuat deskripsi yang cermat. Etika deskriptif mungkin merupakan suatu cabang sosiologi, tetapi ilmu tersebut penting bila kita mempelajari Etika untuk mengetahui apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik.
Etika deskriptif bersangkutan dengan pencatatan terhadap   corak-corak, predikat-predikat serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan. Berhubung dengan itu, Ilmu ini tidak dapat membicarakan tentang ukuran-ukuran bagi tanggapan kesusilaan yang baik, meskipun kadang-kadang Etika deskriptif mencampuradukkan, antara menerima suatu tanggapan kesusilaan dengan kebenarannya.
Singkatnya, Etika hanya melukiskan tentang predikat dan tanggapan kesusilaan yang telah diterima dan dipakai.

2)   Etika Normatif
Etika dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan. Menerangkan tentang apa yang seharusnya terjadi dan apa yang harus dilakukan, dan memungkinkan kita untuk mengukur dengan apa yang seharusnya terjadi.
Etika normatif bersangkutan dengan penyelesaian ukuran kesusilaan yang benar.

b.1)      Etika Kefilsafatan
Untuk mempertahankan pengertian Etika sebagai suatu Ilmu, tetapi menghindari untuk menjabarkannya menjadi sosiologi, maka ada orang-orang yang berbicara tentang Etika Kefilsafatan.
Analisa tentang apa yang orang maksudkan bilamana mempergunakan predikat-predikat kesusilaan. Analisa itu diperoleh dengan mengadakan penyelidikan tentang penggunaan yang sesungguhnya dari predikat-predikat yang terdapat dalam pernyataan-pernyataan.

2)      Etika Praktis
Dicontohkan dilema yang dihadapi oleh seorang dokter yang menghadapi pasien yang sedang sekarat.
Persoalannya :
-          Dokter dapat membunuh pasien, dengan demikian melepaskannya dari rasa sakit yang diderita.
-          Timbul pertanyaan: ”apakah baik bagi saya sebagai seorang dokter untuk membunuh pasien saya?”.
-          Diandaikan bahwa pasien itu minta dibunuh dan semua anggota keluarganya setuju.
-          Hidup adalah milik Tuhan, apa hak dokter untuk mencabutnya.
-          Tetapi bagaimana dengan kemungkinan berakhirnya rasa sakit yang berarti kebahagiaan, dengan ”membunuh semua itu akan terjadi.
-          Dokter tidak berhak membunuh, bagaimanapun keadaan pasien tersebut.
Di sinilah diperlukan Etika Praktis.

4.      Persoalan Etika
a.       Prinsip apakah yang dapat ditetapkan, untuk ”dapat” membuat tanggapan kesusilaan?
(Dalam setiap persoalan Etika yang praktis, kesulitan yang dihadapi ialah untuk mencapai suatu keputusan mengenai perbuatan apa yang harus dilakukan). Ini merupakan persoalan yang ke-2 (b) di bawah ini, yaitu:
b.      Apakah perbuatan yang baik itu berarti perbuatan yang dapat dibenarkan secara kesusilaan?
Catatan :
Apabila dalam persoalan 1 (a) perkataan dapat yang kedua ditiadakan, maka penyelidikannya dapat dipersempit menjadi bidang Etika Deskriptif; apabila dapat tersebut diubah menjadi seharusnya kita bersangkutan dengan Etika Normatif. Dalam hal yang terakhir ini, kita dapat mengajukan pertanyaan ke-3 (c) di bawah ini, yaitu.
c.       Apakah arti ”seharusnya” dan apakah yang menjadi sumber keharusan ini.
d.      Adakah tanggapan kesusilaan itu dapat diverifikasi, dan jika dapat bagaimana caranya?
e.       Arti apakah yang dikandung oleh predikat-predikat nilai itu.
- Mencakup pertanyaan mengenai arti ”seharusnya”.

5.      Tanggapan Kesusilaan Hanya Ungkapan Emosi?
”Pembunuhan adalah sesuatu yang buruk dan tidak boleh dilakukan”.
Terdiri dari 2 pernyataan :
a.       ”Pembunuhan adalah sesuatu yang buruk”.
b.      ”Pembunuhan tidak boleh dilakukan”.

Kalimat kognitif terdiri dari 2 macam:
a.       Kalimat kognitif yang kebenarannya tergantung pada arti yang dikandung oleh istilahnya atau kalimat analitis.
b.      Kalimat kognitif yang kebenarannya tergantung pada sesuatu pengamatan empirik atau indera, atau kalimat sintesis.


6.      Persoalan Etika Teoritik
a.       Etika teoritik membahas tentang asas-asas yang melandasi sistem kesusilaan.
Etika Praktik: Etika terapan membicarakan masalah-masalah kesusilaan yang konkrit.
Etika terapan membutuhkan banyak pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi manusia sehari-hari. Contoh : Masalah yang menyangkut pencemaran lingkungan tidak mungkin dapat semata-mata diselesaikan oleh ahli kesusilaan.
Suatu penalaran yang bersifat kesusilaan mencakup baik premise yang bercorak kesusilaan, maupun yang bercorak kenyataan empirik. Ditinjau dari segi teori mungkin saja ada penalaran yang semata-mata menggunakan premise yang bercorak kesusilaan, namun dalam kenyataannya jarang terdapat.

1)      Salah satu di antara persoalan yang terdapat dalam Etika teoritik adalah berbentuk pertanyaan. Apakah dapat dikatakan bahwa pada diri umat manusia terdapat keseragaman asasi dalam hal keyakinan kemanusiaan? Apakah pada dasarnya manusia mempunyai pendirian yang sama tentang baik dan buruk? Tingkat pertama tentu akan mendapat jawaban ingkar.
Ada suatu kesusilaan yang bersifat ”alami” yang merupakan ciri khas manusia, perlu diajukan alasan-alasan kuat untuk membenarkannya.
Pertama. Kesimpulan yang bersifat kesusilaan, tidak hanya tergantung pada premise yang bercorak kesusilaan, tetapi juga pada premise empirik.
Kedua. Diakui bahwa manusia berbeda keyakinan dalam bidang kesusilaan, dan dalam hal ini pendapat itu berkembang.
Ketiga. Dikatakan pula bahwa memang di antara umat manusia, kita dapati perbedaan dalam hal keyakinan kesusilaan yang untuk sementara belum dapat tumbuh saling mendekati, tetapi sesungguhnya perbedaan tersebut tidaklah sebesar yang disangka orang.

2)      Persoalan lain, ialah bersangkutan dengan kebebasan manusia dan persoalan determinisme. Determinisme mengatakan bahwa segala sesuatu sudah ditentukan berdasarkan hukum sebab-akibat, dan ini harus pula diterapkan dalam Etika.
Sesungguhnya perbuatan yang dilakukan sepenuhnya ditentukan oleh pelbagai macam motif. Di samping itu watak kita ditentukan oleh asal-usul keturunan, lingkungan, dan lain sebagainya.
Di lain pihak pendapat lain mengatakan bahwa tidak mungkin ada perbuatan kesusilaan apabila orang-orang yang melakukan perbuatan itu tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan tadi. ”Ought impies can”.
-          Determinisme keekonomian, misal: Marxisme, gagasan yang dipunyai oleh manusia, perbuatan yang dilakukan ditentukan oleh keadaan ekonominya.
-          Determinisme Metafisik, misal pada Benedict de Spinosa, yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam sejarah dunia berlangsung secara niscaya (mau tak mau pasti terdapat/ terjadi) dan segala-galanya difahamkan sebagai Tuhan.
-          Determinisme keagamaan, yang mengatakan bahwa sesungguhnya yang melakukan perbuatan apa saja itu (pada hakikatnya) adalah Tuhan. Contoh: Augustinus dan Calvin, yang menegaskan berhasilnya usaha penyelamatan jiwa manusia yang di dalamnya manusia turut ambil bagian, sepenuhnya hasil pemberian karunia oleh Tuhan.
Sedangkan yang termasuk tokoh Indeterminisme serta faham kebebasan manusia antara lain Immanuel Kant dan Jean Paul Sartre. Kant tidak memungkiri bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam dunia, gejala-gejalanya ditentukan oleh berlakunya hukum sebab-akibat.
Di dalam dunia gajala manusia sepenuhnya ditentukan oleh berlakunya hukum sebab-akibat sedangkan di dalam dunia yang adanya tidak tergantung dan diketahui atau tidak oleh manusia, manusia itu memiliki kebebasannya .

Sartre dan sebagian besar penganut Eksistensialisme mengakui bahwa manusia itu sejak semula sudah ditentukan untuk berada di dalam situasi tertentu, yaitu :
a)      Tempat tinggal (My Place)
Tempat tinggal merupakan tempat kita berada dan mempengaruhi struktur eksistensi kita.
b)      Masa lampau (My Past).
Masa lampau kita, yang tidak mungkin dapat kita hilangkan.
c)      Lingkungan (My Environment)
d)      Sesama (My Fellowman)
e)      Kematian (My Death).

b.      Di samping ada Etika Individual yaitu Etika yang menyangkut manusia sebagai perorangan saja, ada Etika sosial yang menyangkut hubungan antar-perorangan.
Di samping Etika membicarakan peningkatan kualitas manusia perorangan, juga mempersoalkan umpamanya hubungan yang ada di lingkungan keluarga, problema perang, dan sebagainya.
Tetapi ke dua bagian Etika tersebut tidak dapat dipisahkan, walaupun dapat dibedakan. Bahkan pembedaannya sukar diterapkan. Sebab perorangan itu selalu tetap perorangan dalam masyarakat. Di lain pihak manusia sebagai ”Aku” yang unik, dan eksistensial, juga tidak ada seorang pun yang berdiri sendiri.
Demikianlah tetap dibedakan Etika Individual sebagai ajaran tentang sikap tingkah laku perbuatan yang baik bagi perorangan dan Etika Sosial sebagai ajaran yang sama bagi perorangan sebagai bagian dari kesatuan yang lebih besar.

Masalah yang timbul dalam Etika Sosial.
1)      Tujuan Etika itu memberitahukan, bagaimana kita dapat menolong manusia di dalam kebutuhannya yang riil dengan cara yang susila dapat dipertanggungjawabkan. Guna mencapai tujuan ini, seorang Etikus Sosial tidak hanya harus tahu norma-norma susila yang berlaku, melainkan ia harus tahu pula kebutuhan yang tersebut tadi, dan sebab-sebab timbulnya kebutuhan tadi.

2)      Dalam Etika Sosial lebih mudah timbul beragam pandangan dibandingkan Etika Individual. Norma-norma harus selalu diterapkan pada keadaan yang konkrit, setiap norma menjelmakan kewajiban. Kewajiban yang paling umum itu melakukan kebaikan.
Dalam kenyataan terbukti bahwa tidak hanya ada satu kewajiban, melainkan berbagai kewajiban. Sebabnya, di dunia ini tidak hanya satu, tetapi ada beragam norma.

7.      Persoalan Etika Normatif

Etika Normatif, sebenarnya merupakan sebuah aturan yang mengarahkan secara konkrit, tentang bagaimana seharusnya bertingkah laku.
Konsep keadilan itu baik, persahabatan itu baik, kebencian, permusuhan itu buruk yang semuanya masih bersifat abstrak universal, memerlukan penjabaran kriterianya.
Persoalan yang timbul adalah analisa meta-etika yang menanyakan relevansi Etika normatif, dalam kedudukannya sebagai Etika makro. Pengalaman mengajarkan begitu nilai dasar dinormakan, maka akan kehilangan makna. Apakah pada dasarnya nilai-nilai dasar tidak membutuhkan ”pelembagaan” khusus.
Persoalan baru yang muncul, atas dasar apa perbuatan manusia dinilai. Manusia tidak dapat hidup tanpa pedoman. Benturan antara kebutuhan terhadap Etika Normatif dengan keterbatasannya mengisyaratkan adanya kaitan meta-etika dalam persoalan Etika Normatif.

8.      Persoalan yang ingin dipecahkan adalah kenyataan bahwa masalah meta-etika memang tidak selalu menjamin kelurusan Etika Normatif, tetapi paling tidak tetap berfungsi sebagai petunjuk. Khususnya ketika suatu nilai dasar, sudah mulai dibuat sebagai norma yang tertutup. Etika Normatif yang seharusnya berfungsi sebagai petunjuk, menjadi bergerak ke arah sebaliknya.

Persoalan lain adalah menyangkut datangnya nilai dasar itu sendiri.
a.       Tinjauan Teori-teori Dasar Etika Normatif
1)      Ditinjau asal kejadiannya, Etika Normatif berkisar dalam dua pola dasar.
Pertama :
Teori Deontologis (Yunani: Deon, yang diharuskan, yang wajib) megatakan bahwa betul salahnya tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat-akibat tindakan itu melainkan ada cara bertindak yang begitu saja terlarang, atau begitu saja wajib.
                        Kedua :
Teori Teleologis (Yunani: Telos, Tujuan) mengatakan bahwa betul tidaknya tindakan justru tergantung dari akibat-akibatnya: Kalau akibatnya baik, boleh atau bahkan wajib melakukan, kalau akibatnya buruk, tidak boleh.
Ketentuan-ketentuan:
Teori Deontologis, kelemahannya justru pada sifat megharuskannya yang tidak dapat ditawar-tawar. Tentu saja kaidah seperti itu hanya akan menghilangkan keluwesan menanggapi perubahan situasi, atau perkembangan waktu. Ekstrimnya, telah mendidik manusia bersikap fanatisme buta. Di samping itu teori deontologis tidak mampu memecahkan dilema etis. Contoh: Jangan membunuh orang lain.
Lalu bagaimana kalau orang itu gila, mengamuk dan membunuh banyak orang. Situasinya hanya mengharuskan satu pilihan, orang itu harus dibunuh.
Kelemahan Teori Teleologis
-          Menghilangkan dasar yang membawa kepastian. Setiap alternatif baru yang menguntungkan (akibatnya) dapat diakui sebagai normanya.
-          Tidak mempunyai ketegasan
-          Mudah terjebak pada kaidah untuk menghalalkan segala cara.
Sehingga merampok, membunuh, memperkosa dapat dibenarkan apabila tujuannya baik.
Antara teori deontologis dengan teori teleologis, saling dapat mengisi kelemahan masing-masing. Situasi khusus dari teori teleologis, dapat dijadikan dasar pertimbangan, interpretasi dari deontologis. Sebaliknya, kekhasan deontologis dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan teleologis, agar kepastian dalam menanggapi realitas dapat ditemui.



2)      Ditinjau dari sudut aspirasinya, ada dua pokok yang dapat digolongkan:
Pertama:
Sistem Etika yang dibangun dari ”aspirasi atas”, disusun dari sesuatu yang transeden yang telah diakui kekuatan dan kebenarannya. Vertikal dan berlakunya mutlak. sering ditemui dalam Etika keagamaan, yang melibatkan Tuhan dalam kerangka moralnya. Model ini mempunyai kelebihan dalam menjawab batas definitif kemanusiaan, yaitu maut dan kehidupan sesudahnya. disebut ”Heteronomos” (Adam Schaaf).
-         Adanya faktor luar kekuatan manusia yang kita campur dalam memecahkan problem manusia.
Kedua:
Sistem Etika yang disusun melalui ”aspirasi bawah”
Yang menjadi landasan adalah fenomena dan realita eksistensi manusia. Menurut sistem ini tidak mungkin manusia, akan tepat mengarahkan dirinya, jika ia tidak berangkat dari pengalaman hidupnya. disebut ”Autonomos” melalui ”experience vacue” (Bergson).

Persoalan :
Dari sudut Agama, Etika heteronomos tidak ada masalah. Soalnya menjadi lain dengan tinjauan filosofik.
-         Tidak berlaku bagi orang yang tidak beriman.
-         Apakah kehendak Tuhan itu
-         Terperangkap dalam Irasiolisme

Sistem Etika Autonomos, terdapat kelemahan :
-         Kecenderungan humanisme mutlak yang menonjolkan akal, sehingga cenderung menghilangkan dimensi trensendental.
-         Rasionalisasi yang menghilangkan aspek batiniah.

Pemecahan:
Sistem Etika yang bersendikan rasionalitas mengandung risiko kerelativan dalam berlakunya.
Hanya soalnya bagaimana Etika keagamaan tidak terjebak pada sikap irasionalitas. Kerelativan tersebut dapat dihilangkan dengan sendi-sendi transendentel.